Wednesday, May 9, 2007

MENGENAL PELUMAS LEBIH DEKAT

Prinsip Pelumasan

Jika boleh digambarkan, pelumas adalah seperti darah yang mengalir pada tubuh manusia. Maka, tidak bisa dipungkiri bahwa - pelumas - atau kebanyakan orang menyebutnya oli - merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kendaraan bermotor. Mobil secanggih apapun, bila tanpa pelumas dipastikan tidak akan bisa bekerja. Karena, pelumas amat sangat menentukan kemampuan kinerja sebuah mesin, apakah mesin otomotif maupun mesin industri. Kesalahan menggunakan pelumas bisa berakibat fatal, demikian juga apabila kualitas pelumas jelek dan tercemar, akan mengakibatkan mesin rusak dalam waktu dekat. Oleh karenanya, pemilihan dan penggunaan pelumas yang tepat akan sangat membantu kelancaran kerja mesin dan membuatnya lebih awet.


Mengapa mesin sangat membutuhkan pelumasan?

Dua permukaan logam yang bergerak satu sama lain akan menimbulkan terjadinya gesekan. Dan fungsi pelumas adalah "melapisi” sekaligus “memisahkan" dua permukaan logam yang saling bergesekan tersebut agar tingkat keausan logam dapat dikurangi. Itulah jawaban sederhananya.


Apakah cuma itu saja fungsi pelumas dibutuhkan untuk menggerakkan mesin?

Tidak. Masih ada fungsi lainnya, yaitu:

  1. Untuk melapisi sekaligus memisahkan dua permukaan logam yang saling bergesekan, agar tingkat keausan logam dapat dikurangi.
  2. Untuk mendinginkan mesin yaitu dengan cara menyalurkan panas akibat gesekan dan pembakaran.
  3. untuk membersihkan mesin dengan cara mengangkut kotoran dan elemen logam yang terbawa arus sirkulasi hingga ke filter oli.
  4. Untuk memaksimalkan kompresi dan mempertahankan tekanan, agar konsumsi bahan bakar sangat efektif (tidak boros).
  5. Memelihara mesin tetap terjaga kebersihannya.

Demikian vitalnya pelumas bagi kendaraan bermotor atau mesin-mesin industri, sehingga memacu para ahli untuk tak hentinya berusaha menciptakan formula yang dapat menghasilkan suatu pelumas berkualitas tinggi.

Perkembangan pelumas memasuki era baru, sejak ditemukannya minyak bumi. Sejalan dengan perkembangan teknologi mesin otomotif dan industri yang saat ini menuntut kecepatan mesin yang lebih tinggi, maka kehadiran pelumas yang terbuat dari bahan minyak bumi sangat membantu. Sebab, mesin-mesin modern saat ini menghasilkan tenaga lebih besar, kapasitas tampung minyak pelumas di dalam mesin lebih kecil, temperatur operasi lebih tinggi dan juga menuntut interval pergantian pelumas yang lebih lama.

Bahan dasar dan Aditif

Base Oil adalah bahan dasar pelumas, yang didapat dari minyak mentah (crude oil). Tapi, tidak semua minyak mentah bisa diolah menjadi Base Oil. Hanya minyak mentah dari jenis parafinik saja yang menghasilkan base oil untuk bahan dasar pelumas. Sayangnya, minyak mentah jenis ini sangat terbatas kandungannya di perut bumi.

Untuk mendapatkan pelumas yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan mesin, perlu ditambahkan aditif ke dalam Base Oil. Aditif merupakan senyawa-senyawa kimia (chemical compound) dalam formulasi tertentu yang ditambahkan ke dalam Base Oil untuk mendapatkan pelumas sesuai spesifikasi yang ditentukan. Komposisi Base Oil dalam pelumas berkisar 80% dan komposisi aditif sekitar 30%.

Fungsi aditif bermacam-macam, antara lain untuk meminimalkan keausan, mengurangi gesekan, membersihkan mesin, mencegah karat, meningkatkan indeks kekentalan pelumas sehingga pelumas tetap mudah mengalir pada suhu rendah dan tidak encer pada suhu tinggi. Pelumas yang baik sudah mengandung aditif, karenanya pelumas yang baik tidak memerlukan tambahan aditif.

Memilih Pelumas :
Perhatikan tingkat mutu dan kekentalannya
Saat ini banyak sekali jenis dan merek pelumas yang beredar di pasar, masing-masing menawarkan kelebihan. Karenanya tak jarang banyak pengguna pelumas yang bingung memilih pelumas yang sesuai untuk kebutuhan mesinnya. Sayangnya, tak semua pemakai pelumas memahami dasar penggunaan pelumas. Biasanya pemilik kendaraan pasrah saja dan mempercayakan urusan yang satu ini kepada para mekanik di bengkel. Apapun kata mekanik mereka terima begitu saja. Karena tak heran jika satu mobil sering berganti-ganti merek dan jenis pelumas, sesuai saran dan "kepentingan" mekanik atau bengkel. Lalu bagaimana sebenarnya cara memilih pelumas yang baik untuk mesin kendaraan?

Minyak pelumas terdiri dari berbagai jenis. Dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan persyaratan mesin yang telah ditentukan oleh pembuat mesin (periksa kembali pada buku manual mobil). Karena itu kenalilah mesin anda dan ketahuilah pelumas dengan spesifikasi apa yang direkomendasikan untuk digunakan.

Mesin-mesin diesel berbahan bakar solar seperti truk atau angkutan umum berbeda kebutuhan pelumasnya dengan mobil yang berbahan bakar bensin. Karena itu ada pelumas yang dirancang khusus untuk mesin bensin, ada pula yang dirancang khusus untuk mesin diesel. Tapi ada juga pelumas yang dapat digunakan untuk keduanya, untuk mesin bensin sekaligus mesin diesel. Pelumas yang pada spesifikasinya tercantum kode ganda misalnya SG/CD, berarti pelumas tersebut dapat digunakan untuk mesin bensin (dengan spesifikasi SG) dan mesin diesel (dengan spesifikasi CD). Penyebutan kode SG terlebih dahulu menyatakan bahwa pelumas tersebut lebih diutamakan untuk mesin bensin.

Pelumas sangat menentukan kemampuan kerja sebuah mesin, baik otomotif maupun industri. Pemilihan dan penggunaan pelumas yang tepat akan sangat membantu kelancaran kerja dan keawetan sebuah mesin. Salah memilih pelumas bisa berakibat fatal. Dalam memilih pelumas ada dua hal yang harus diperhatikan dengan seksama yaitu : klasifikasi mutu pelumas (API Service) dan tingkat kekentalan pelumas (SAE).

Klasifikasi Kualitas Pelumas (API Service)
Untuk mengukur standar kualitas pelumas dipakai standar American Petroleum Institute (API) Service. American Petroleum Institute adalah sebuah lembaga resmi di Amerika Serikat yang diakui di seluruh dunia, yang membuat kategori pelumas sesuai dengan kerja mesin.

Klasifikasi pelumas mesin berbahan bakar bensin ditandai dengan huruf S sedangkan untuk mesin diesel (berbahan bakar solar) ditandai dengan huruf C. Klasifikasi sesuai dengan tingkat kemampuan pelumas dimulai dari yang terendah adalah:

· untuk Mesin Bensin : SA, SB, SC, SD, SE, SF, SG, SH, SJ dan SL

· untuk Mesin Diesel : CA, CB, CC, CD, CE, CF-4, CH-4 dan CI-4

Pelumas yang memenuhi standar mutu ditandai dengan pencantuman kata "API Service", diikuti dengan klasifikasinya. Contoh : Pennzoil GT Performance Plus, API Service SJ.

Pelumas dengan API Service SL lebih baik kemampuan kerjanya dari SJ. Pelumas dengan API Service SJ lebih baik dari API Service SH, demikian seterusnya, yang berlaku juga untuk mesin diesel. Pelumas dengan API Service CH-4 lebih baik kemampuan kerjanya dari pelumas API Service CF-4. Oleh pembuat mesin, setiap kendaraan sudah ditentukan spesifikasi apa yang harus digunakan, yang tercantum dalam buku manual. Menggunakan pelumas yang spesifikasinya lebih tinggi dari yang ditentukan oleh pembuat mesin, tidak jadi masalah. Tetapi sangat tidak disarankan menggunakan pelumas dengan klasifikasi lebih rendah dari yang ditentukan karena akan berakibat kurang baik pada mesin.

Tingkat Kekentalan Pelumas
Untuk mengurangi gesekan dan keausan, dibutuhkan "lapisan" di antara dua permukaan yang bergerak untuk mencegah kontak langsung logam dengan logam. Lapisan pelumas ini diperlukan dengan ketebalan yang minimum. Ketebalan lapisan pelumas tergantung pada kekentalan. Kekentalan adalah karakteristik yang sangat penting dari pelumas. Kalau kekentalan pelumas tinggi, maka lapisan pelumas yang terbentuk akan tebal. Kalau kekentalan rendah, maka lapisan pelumas yang terbentuk akan tipis.

Kalau standar API dipakai untuk mengukur standar mutu pelumas, maka untuk mengukur tingkat kekentalan pelumas dipakai standar SAE - Society of American Engineers.

Dalam pelumas dikenal dua tingkat kekentalan yaitu :

· Pelumas dengan kekentalan tunggal (mono grade). Monograde ditandai dengan satu angka SAE misalnya SAE 10, SAE 30, SAE 40, SAE 90, dll

· Pelumas dengan kekentalan ganda (multi grade). Multi grade ditandai dengan dua angka SAE misalnya SAE 10W-40, SAE 20W-50, dll.

Pelumas single grade hanya memiliki satu tingkat kekentalan. Pelumas kategori ini memiliki rentang yang relatif sempit atau kecil terhadap perubahan temperatur. Kini yang banyak digunakan adalah pelumas multi grade.

Pelumas multi grade memiliki rentang kekentalan yang relatif luas atau lebar, sehingga lebih fleksibel beradaptasi terhadap perubahan temperatur.

Contohnya pelumas SAE 20W-50. Huruf W pada SAE 20W-50 menunjukkan bahwa bila pelumas dipakai pada suhu rendah (W=winter/dingin), pelumas akan bersifat seperti pelumas SAE 20. Sementara angka 50 menunjukkan bahwa pada suhu tinggi (panas) pelumas bersifat seperti SAE 50.

Dibanding dengan pelumas single grade, maka pelumas multi grade bisa disebut "dingin tidak beku, panas tidak cair". Karena sifatnya yang fleksibel mempertahankan kinerja pada berbagai tingkatan suhu, maka pelumas ini relatif cocok dipakai untuk semua mesin.

Umumnya, mesin-mesin mobil masa kini menuntut tingkat kekentalan yang rendah di saat mesin masih dingin.

Logikanya begini, jika oli encer pada saat mesin masih dingin, maka distribusi oli ke seluruh pelosok bagian mesin bisa terjadi dalam waktu yang singkat. Hal ini diperlukan karena mesin-mesin zaman sekarang memiliki tingkat presisi yang sangat tinggi, artinya, jarak antara --komponen sangat rapat—padahal di sisi lain pelumasan sangat diperlukan untuk menghindari ke-aus-an yang berlebihan.

Biasanya, semakin kecil angka pertama semakin mahal harga olinya. Contohnya oli SAE 10W-40 lebih mahal daripada oli SAE 20W-40. Angka kedua menunjukan skala kekentalan oli pada suhu kerja mesin. Di era tahun 1970 sampai 1980-an, ketika oli mesin masih single grade, pemakai kendaraan lebih suka memakai yang SAE-nya lebih tinggi, karena pada masa-masa itu oli yang lebih kental dianggap lebih baik melumasi bagian-bagian mesin.

Perlu diingat, pada waktu itu tingkat presisi komponen mesin belumlah setinggi saat ini, jadi logikanya oli yang lebih kental ini mampu melapisi komponen-komponen yang notabene jarak antaranya tidak terlalu rapat, sehingga masih dimungkinkan untuk dijangkau oleh oli yang relatif kental tersebut. Bahkan di awal era multi grade kita perhatikan orang lebih memilih oli SAE 20W-50 ketimbang SAE 20W-40.

Akan tetapi, sekarang kondisinya sudah berbeda dengan tingkat kerapatan yang tinggi, malah dicurigai; oli yang kental tidak mampu menyusup diantara komponen, sehingga oli yang relatif lebih encerlah yang menjadi pilihan, karena bisa masuk ke bagian-bagian yang cukup rapat.

Masalahnya dengan lapisan “film” yang cukup tipis tersebut, oli sekarang dituntut untuk memiliki kemampuan mencegah terjadinya ke-aus-an. Disinilah kualitas oli yang “berbicara”. Oleh karena itu, kami selalu mengajak para Pelanggan kami untuk kembali melihat ke buku pedoman kendaraan, supaya kita benar-benar mengikuti petunjuk produsen kendaraan, jangan cuma memperhatikan SAE-nya, tapi juga grade-nya. Untuk pemakaian jangka panjang hal ini sangat penting. [RM]

No comments: